Bupati Ketapang Lounching Aplikasi Simpatiferia
METROKALBAR, Ketapang – Bupati Ketapang, Martin Rantan melounching aplikasi Simpatiferia (selamatkan ibu hamil melalui persalinan aman dan pasti) di salah satu hotel di Ketapang, Kamis (12/9/2024). Aplikasi ini diluncurkan Dinas Kesehatan Ketapang sebagai upaya untuk menekan angka kematian ibu (AKI) dan angka Kematian Anak (AKA).
“Kegiatan ini merupakan turunan dari peraturan Bupati nomor 55 tahun 2024. Dengan aplikasi ini akan meningkatkan perhatian seluruh pihak dalam penanganan ibu hamil dan melahirkan. Termasuk kawasan terluar Ketapang yang berbatasan dengan Kabupaten tetangga,” kata Bupati.
Bupati pun mengajak berdialog tenaga kesehatan dari seluruh Puskesmas tentang tantangan yang dihadapi dalam penanganan ibu hamil dan melahirkan. “Dalam kegiatan ini tentunya kita mencari hal-hal yang menyebabkan ibu hamil dan bayi meninggal,” jelasnya.
“Oleh sebab itu, kami sengaja mengadakan dialog ini untuk mendengar pelayanan kesehatan beberapa kecamatan di Ketapang. Terutama di kecamatan yang sulit seperti Kecamatan Sungai Laur, di situ ada beberapa desa yang jauh,” lanjut Bupati.
Ia menjelaskan seperti di Sungai Luar ternyata ada masyarakatnya mengakses layanan lebih baik ke Kebupaten Sekadau. “Begitu juga di Kecamatan Hulu Sungai yaitu Desa Menyumbung mereka juga terkoneksi ke Sekadau,” ungkap Bupati.
Bupati menambahkan, di Kecamatan Kendawangan, Air Upas dan lainnya juga ada mengalami hal sama. Bahkan untuk Kecamatan Manis Mata, khususnya yang di Desa Jambi dan Sukaramai mengakses ke Kabupaten Sukamara Provinsi Kalimantan Tegah.
“Bagi daerah yang berada di situ, selusinya Pemerintah bisa mengayomi mereka harus menggunakan Aplikasi Simpatiferia ini. Tujuannya untuk mengetahui apakah bayinya normal dan ibunya tetap sehat. Sehingga angka kematian ibu dan bayi di Ketapang menurun,” tutur Bupati.

Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Ketapang, dr Feria Kowira menyampaikan, terkait Program Simpatiferia ini. Pihaknya sudah melakukan sosialisasi dan memberi pelatihan terhadap 24 puskesmas di wilayah Kecamatan Ketapang.
“Kami sudah melatih teman-teman sejawat dokter di 24 puskesmas induk di setiap kecamatan untuk melakukan pengecekan kehamilan melalui Ultrasonografi (USG). Jadi ibu yang hamil gak perlu susah-susah lagi jauh-jauh datang ke kota untuk USG karena di setiap puskesmas sudah ada,” jelas Feria.
Feria menjelaskan, pola sistem Aplikasi Simpatiferia ini dipergunakan untuk melakukan deteksi dini terkait jumlah data ibu hamil di suatu desa serta cara penanganan kedaruratan persalinan.
“Pola sistem Aplikasi Simpatiferia ini, kita semua mulai dari bidan dan tenaga kesehatan yang membantu ibu-ibu hamil ada di pustu-pustu di desa. Jadi mereka tau sasarannya ada berapa jumlah ibu hamil di desa tersebut untuk dilakukan pengecekan di pustu, dan dari situ mereka menginput data-data,” ungkap Feria.
“Ada enam kali pengecekan, jadi kami memakai istilah K1 sampai K6. K1 pemeriksaannya harus ke puskesmas induk untuk dilakukan deteksi dini dulu. Setelah deteksi dini, ada ditemukan patologis dan pisiologis, kalau pisiologis kita akan lakukan tahapan ke K2 sampai ke K6,” lanjutnya.
Feria melanjitkan, di K6 dokter akan kembali periksa melalui USG untuk memastikan kondisi bayi apakah terlilit tali pusat dan letak sungsang. Jika setelah dilakukan pemeriksaan K1 sampai K6 terlihat adanya indikasi kegawat daruratan, maka di aplikasi itu ada tanda merahnya.
“Jadi aplikasi ini yang menjadi warning, baik untuk tenaga kesehatan atau ibu hamil. Aplikasi ini bisa digunakan hingga ke plosok-plosok. Kami juga sudah bekerja sama dengan Dinas Kominfo, semoga signal sampai ke plosok-plosok,” harapnya.
“Saya berharap program Aplikasi SimpatiFeria bisa membantu masyarakat terkhusus untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Untuk petugas kesehatan terutama untuk AKI dan AKB saya minta para bidan bisa menggunakan aplikasi ini, Simpatiferia untuk selamatkan ibu hamil melalui persalinan aman dan pasti,” tutup Feria.
