MetroKalbar.com, Ketapang – Bupati Ketapang, Martin Rantan mewakili masyarakat Ketapang mengucapkan turut berduka cita. Lantaran satu di antara Tokoh Masyarakat Ketapang, Anastasius Bantang SH meninggal. Mantan Anggota DPRD Provinsi Kalbar asal Ketapang periode 2004 – 2009 ini meninggal di Pontianak, Senin (21/6/21) sekira pukul 16.30 WIB.
Bupati secara pribadi juga mengaku merasa kehilangan karena almarhum merupakan guru sekaligus pembimbingnya dalam berpolitik. Sehingga banyak kesan dan pelajaran yang didapatkannya dari almarhum semasa hidup yang merupakan seorang politisi senior di Partai Golkar.
“Beliau merupakan pembimbing kami ketika masih muda, masih berjuang untuk jadi politisi. Jadi beliau ini boleh dikatakan senior, guru politik kami,” ucap Bupati saat diwawancarai awak media di rumah duka, Selasa (22/6) malam.
Martin menjelaskan keseharian almarhum sangat bermasyarakat dan bersikap sosial tinggi. Banyak karya-karya dan pemikiran almarhum yang bermanfaat untuk daerah khususnya Ketapang. Di antaranya di bidang adat, pemberdayaan dan lain sebagainya.
Ia menambahkan banyak juga yang bisa diambil pelajaran dan dicontoh dari sosok almarhum untuk para generasi muda. Almarhum punya pendirian yang teguh dan berprinsip. Beliau rapi dalam berpenampilan dan segala hal seperti mengarsipkan dokumen dan lain sebagainya.
“Beliau pernah jadi aktivis di Yayasan Usaba Keuskupan Ketapang. Banyak menulis tentang cerita-cerita dan tradisi Adat Dayak Pesaguan. Buku-bukunya ada beberapa yang sedang mau dilaunching tapi beliau sudah mendahului kita. Jadi saya akan berupaya meneruskan karya-karya beliau hingga nanti bisa terpublikasi ke khalayak umum,” ujar Bupati.
Yolando Anas Bantang anak almarhum, mengatakan selama hidupnya banyak filosofi-filosofi sederhana tentang memaknai hidup yang didapatkannya dari almarhum. Walau membawa nama besar sebagai Demong atau Raja Pesaguan keturunan yang ke- 8. Akan tetapi didalam karirnya, baik dalam kehidupan bersosial, organisasi bahkan dalam dunia politik, almarhum memulainya tidaklah instan.
“Saya tau itu sebagai anak, bahwa itu butuh sebuah perjuangan dan keikhlasan. Semoga kita anak-anak dapat belajar dan termotivasi,” tuturnya.
Yolan mengungkapkan almarhum merupakan tokoh etnis pemersatu yang nasionalis. Kakek almarhum merupakan satu di antara Pahlawan Perang Kedang Tumbang Titi pada 1914 bernama Bajir Kenduruhan Macan Perontang Natai Keturunan Raja Petinggi Campah Gelar Petinggi Serawak Tuho.
Yolan menegaskan bahwa almarhum tidak hanya menjadi seorang bapak baginya. Namun juga merupakan seorang tokoh yang berwibawa, inspiratif, kharismatik dan ramah. Kemampuan berbicaranya luar biasa, struktur kalimat tertata, intonasi lugas dan jelas.
“Setiap penjelasan bapak sangat enak di dengar dengan pemecahan masalah yang solutif. Kami sebagai anak-anaknya akan terus melanjutkan perjuangan-perjuangan bapak untuk kemajuan daerah khususnya Ketapang ini,” tuturnya.
Anak perempuan almarhum, Maria Meirina Bantang menegaskan baginya almarhum bukan hanya sebagai seorang ayah tapi juga teman dan sahabat. “Bapak saya ini bukan hanya seorang ayah, tapi juga sahabat dan teman bagi saya. Karena kadang bapak sebagai orang yang bisa memberikan semangat dan motivasi,” kenangnya.
“Bapak bagai sahabat karena selalu setia menemani saya walau pun saat lagi sedih, kesusahan dan dalam keadaan apapun. Bapak selalu mengajarkan saya agar rendah hati dan cinta kasih. Seberapa pun berat dalam hidup, bapak mengajarkan kalau kita harus selalu merendah diri,” kenang Maria yang akrab dipanggil Ririn ini.
Sementara itu, Almarhum Anastasius merupakan putra kelahiran Ketapang pada 22 Januari 1954. Beliau merupakan anak bungsu dari keluarga besar bapak Pacificus Fransiscus Bantang dengan ibu Ana Maria Tyenggari.
Almarhum menikah dengan Emiliana Ratna Erni Arsyad pada 1978. Kemudian dan dikaruniai empat anak laki-laki, satu perempuan serta sepuluh cucu. Anak-anak almarhum yakni
Mateus Hennry Bantang, Mikael Bantang, Yolando Anas Bantang, Maria Meirina Bantang dan Ignatius Julio Bantang.
Pada tahun 1982 hingga 1987 menjadi pegawai negeri sipil sebagai Kepala SDN Suka Damai. Selanjutnya pada 1990 hingha 1992 ditawari Uskup, Mgr Blasius Pujarahaja Pr bergabung di Sekretariat Keuskupan Ketapang. Sehingga almarhum berhenti secara hormat dari PNS dan bekerja di Keuskupan sampai pensiun dari KWI Jakarta.
Pada saat di Keuskupan almarhum terpilih menjadi anggota DPRD Ketapang periode 1992-1997. Namun pada 1997 hingga 1999 masa reformasi kembali bekerja sebagai Sekretaris Eksekutif Komsos Keuskupan Ketapang. Kemudian terpilih untuk kedua kalinya sebagai anggota DPRD Ketapang periode 1999 – 2004.
Selanjutnya terpilih menjadi Anggota DPRD Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) periode 2004 – 2009. Pada 2011 ditunjuk sebagai Wakil Ketua Lima Dewan Adat Dayak (DAD) Provinsi Kalbar membidangi Hukum dan HAM. Di antara karyanya yakni menulis tentang sejarah Kebudayaan Dayak dalam buku berjudul “Domong Pundohan Suku Dayak Pesaguan Kabupaten Ketapang”.
Terhadap meninggalnya almarhum dilakukan jadwal doa dan proses pemakaman dimulai Selasa, (22/6/21). Di antaranya yakni pukul 11.00 WIB diselenggarakan Ibadat Arwah dan Misa pada pukul 19.00 WIB di rumah duka Jalan Penembahan Air Mala no 40 G.
Kemudian pada Rabu (23/6/21) diselenggarakan Ibadat Pelepasan Arwah pukul 12.00 WIB dan Misa Requiem di Gereja Katedral pukul 12.30 WIB dilanjutkan Pemakaman Katolik di Desa Payak Kumang Kecamatan Delta Pawan.